ARTICLE AD BOX
Menurut Letjen Cantiasa, tema tersebut memiliki dua variabel. Pertama solid dan kedua jagadhita. Jagadhita merupakan kebahagiaan lahir batin yang berdasarkan ajaran Tri Hita Karana, yakni hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Sedangkan soliditas adalah kebersamaan, sehingga perlu meminimalisir konflik. Terlebih dengan sesama umat Hindu. Untuk itu, mereka harus saling mengenal. Salah satunya ikut aktif dalam berbagai kegiatan di pura.
"Misal jika ada kegiatan di Pura, kita ikut urunan dengan membawa sesuatu agar solid dan terjalin kebersamaan, bukannya memesan catering sehingga tidak ada ikatan batin dan emosional. Dengan membawa sesuatu itu, akan lebih terasa berbeda," ujar mantan Danrem 163/Wirasatya ini. Dia menjelaskan, beberapa tantangan soliditas umat Hindu, antara lain adanya globalisasi dan digitalisasi yang membuat seseorang bisa menjadi individualis. Akibatnya, mengurangi keterlibatan dalam ritual maupun gotong royong. Kemudian, heterogenitas umat Hindu.
Diketahui umat Hindu tersebar di beberapa wilayah dengan karakteristik budaya yang berbeda dan sering terisolasi di daerah minoritas Hindu, sehingga sulit membangun komunitas yang kuat. Kurangnya memahami ajaran Hindu, sehingga menghambat partisipasi aktif dalam kegiatan mendukung soliditas umat. Lalu adanya tantangan eksternal. Di mana, tekanan budaya mayoritas dan sekulerisme dapat melemahkan identitas keagamaan umat Hindu. Mantan Danjen Kopassus ini pun memaparkan bagaimana strategi mencapai jagadhita. Pertama, penguatan komunitas melalui tradisi dan ritual di perayaan hari raya Hindu maupun kegiatan di banjar atau desa adat.
Kedua, pendidikan agama yang kontekstual dengan meningkatkan pemahaman tentang ajaran Hindu baik pendidikan formal maupun non formal. Ketiga, pemanfaatan teknologi digital. Di mana, media sosial dapat dimanfaatkan untuk memperkuat soliditas umat. Caranya dengan mengkampanyekan tentang nilai-nilai Hindu, siaran kegiatan keagamaan maupun komunitas Hindu dan lain-lainnya. Ke empat, kegiatan sosial dan kemanusiaan seperti bakti sosial dan pelestarian lingkungan. Kelima, mempromosikan moderasi beragama untuk memperkuat hubungan antar umat beragama.
"Strategi yang terakhir, mewujudkan dharma dan Tri Hita Karana. Dharma itu kewajiban. Jadi, laksanakan dharma agama dan dharma negara serta tingkatkan strada dan bakti kita. Bila kita tugas di militer, kita jalankan dengan bagus di sana. Begitu pula jika menjadi ASN maupun pekerjaan lainnya," papar lulusan terbaik Akmil tahun 1990 ini. Peraih Bintang Adhi Makayasa Tahun 1990 ini juga mengingatkan, agar umat Hindu harus berada di berbagai level. Untuk itu, mereka harus punya keunggulan, mampu berkompetisi dan bersaing. Ketika berada di manapun harus maksimal dan tidak setengah-setengah dalam menjalankannya. Begitu pula saat tampil harus bisa.
"Karena jadi pemimpin itu, harus dipentaskan," tegas mantan Wakil Kepala BIN ini. Dia pun berharap kelak akan ada banyak kalangan muda Hindu mencapai posisi jenderal seperti dirinya atau bahkan melebihinya. "Karena tidak ada yang tidak mungkin. Untuk itu, buat sesuatu yang tidak mungkin, menjadi mungkin," tegas Letjen Cantiasa.
Tak ketinggalan dia menyampaikan kepada yang hadir di Dharma Tula untuk memanfaatkan masa muda sebelum masa tua. Manfaatkan kesehatan sebelum datang sakit, manfaatkan kekayaan sebelum datang kemiskinan. "Manfaatkan waktu luangmu sebelum datang sibukmu, manfaatkan hidupmu sebelum matimu. Mari bergandengan tangan menjaga dharma, memperkuat komunitas dan mewujudkan harmoni di 2025," imbuh Nyoman Cantiasa. Sebelum Letjen Cantiasa memberikan Dharma Tula, terlebih dahulu dilakukan penyerahan bantuan sosial berupa paket sembako yang diberikan oleh Walikota Tangerang Sachrudin dan disaksikan oleh Ketua PHDI Provinsi Banten Ida Bagus Alit Wiratmaja, Ketua Paruman Walaka AA Gede Anom Suarta, Ketua PHDI Kota Tangerang I Gusti Made Artha, Ketua Yayasan Vidya Kertajaya Ketut Jono, Jero Mangku Astono, Ketua Pasraman Non Formal Kertajaya Made Darni, Ketua Banjar Tangerang I Made Suartha dan Ketua Panitia Pujawali ke-63 Pura Agung Kertajaya I Made Arta.
Sementara Walikota Tangerang, Sachrudin sangat mengapresiasi pelaksanaan rangkaian kegiatan Pujawali Pura Agung Kertajaya ke-63 yang memberikan bantuan sosial. "Semoga melalui kegiatan ini, semakin banyak tumbuh inisiatif kegiatan sosial dan nilai-nilai kebhinnekaan di Tangerang. Kota Tangerang dibangun dengan semangat keberagaman. Oleh karena itu, toleransi dan harmonisaai antar umat beragama adalah kekuatan bersama agar kita kompak dan solid," jelas Sachrudin. 7 k22