ARTICLE AD BOX
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tabanan, dr Anak Agung Ngurah Putra Wiradana, menjelaskan bahwa sepanjang Januari hingga April, Kediri menyumbang 116 kasus, dengan puncaknya terjadi pada Maret 36 kasus. “Meski turun menjadi 21 kasus di April, Kediri tetap mencatat angka tertinggi dibandingkan kecamatan lain,” ujarnya.
Di wilayah lain, penurunan juga tercatat cukup signifikan. Kecamatan Tabanan, yang sempat melaporkan 24 kasus pada Januari–Februari, hanya mencatat 4 kasus di April. Sementara di Selemadeg, hanya satu kasus tercatat di bulan April setelah nihil kasus pada Februari.
Kecamatan seperti Kerambitan, Marga, dan Baturiti mencatat fluktuasi. Kerambitan mengalami kenaikan dari 8 kasus di Januari menjadi 13 pada Maret, sebelum turun ke 6 kasus di April. Di Marga, kasus sempat menurun drastis, namun kembali naik menjadi 4 kasus di April. Secara keseluruhan, total kasus DBD di Tabanan sepanjang Januari hingga April 2025 mencapai 355 kasus. Januari menjadi bulan dengan jumlah tertinggi, disusul Maret (104 kasus), Februari (95), dan April (48).
Sebagai langkah antisipasi, Pemkab Tabanan melalui Dinas Kesehatan telah melaksanakan pengasapan (fogging) di 56 titik rawan hingga akhir Mei. Namun, dr. Agung Putra Wiradana menegaskan bahwa fogging bukan solusi utama. “Fogging hanya tindakan pendukung. Pencegahan utama tetap ada di tangan masyarakat, melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan penerapan pola hidup bersih dan sehat,” jelasnya.
Dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada meski tren kasus menurun. “Perubahan cuaca dan lingkungan kotor bisa memicu lonjakan kembali. Konsistensi menjalankan 3M Plus dan kewaspadaan dini terhadap gejala DBD adalah kunci,” tegasnya. Langkah preventif dan kesadaran bersama menjadi harapan utama Pemkab Tabanan dalam mengendalikan dan menurunkan risiko DBD ke depannya.7des