‘Bli Chatos’ dkk Tangkil ke Pura Besakih dengan Cara Berlari dari Gianyar

8 hours ago 4
ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali
Tujuh orang pelari asal Gianyar dengan latar belakang profesi berbeda, mengukir pengalaman unik tangkil ke Pura Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, serangkaian Ida Bhatara Turun Kabeh, dengan cara berlari pada Sukra Paing Dunggulan, Jumat (25/4) pagi. Lari dengan tajuk Matur Run ini menempuh jarak sejauh 31 kilometer dengan catatan waktu tempuh selama sekitar 5 jam 30 menit. 

Tim pelari mengawali perjalanan dari Alun-alun Gianyar. Salah seorang pelari, Aipda I Kadek Darmika—yang akrab disapa Bli Chatos— mengatakan Matur Run ini tidak hanya mengedepankan semangat olahraga, tetapi juga mengusung nilai spiritualitas dan kebersamaan.

Bli Chatos menceritakan bahwa tim berjumlah tujuh orang, terdiri dari enam pelari dan satu orang sebagai sweeper yang menggunakan sepeda, untuk memberikan bantuan darurat selama perjalanan jika ada yang mengalami kendala seperti kram kaki. 

“Kami berangkat dari Alun-alun Gianyar pukul 5.00 pagi. Sekitar 5 jam 30 menit berlari, kami tiba di Pura Dalem Puri. Singgah di rumah penduduk untuk mandi dan berganti pakaian yang sudah kami siapkan di tas masing-masing,” ujar Bli Chatos, pelari asal Keramas, Sabtu (26/4). 

Tim pelari terdiri dari Bli Chatos dari Keramas. Event lari yang pernah diikuti anggota Polri Polre Gianayar ini adalah Maybank Marathon, Run to Care, BTR Ultra. Gus Jhoni, seorang arsitek asal Bona, pernah ikut Maybank Marathon, BTR Ultra. Ngurah Satya, akuntan asal Paksebali ini pernah ikut Maybank Marathon, BTR Ultra, Oppo Run (HM). Gung Agus, karyawan hotel asal Keramas, pernah menjajal event Depo Bagus Run, Keramas Run. Putu Mahardika dari Keramas pernah ikut ajang Maybank Marathon, BTR Ultra. Kadek Aristawan dari Keramas, anggota TNI Yonzipur, pernah ikut event Oppo Run (half marathon). Manik Wahyu, karyawan hotel dari Blahbatuh pernah ikut Oppo Run (half marathon), Depo Bagus Run, Smartfren Run. Di kegiatan Matur Run, Manik Wahyu ditunjuk sebagai sweeper. 

Perjalanan ini membawa para pelari melintasi jalur yang terkenal akan kesejukan dan keindahan alamnya, mulai dari Banjarangkan, Bakas, Nyalian, Bumbungan, Nyanglan, Bangbang, Nongan, Menanga, hingga akhirnya mencapai Besakih.

Pelari asal Gianyar tiba di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, dan sudah berganti pakaian adat untuk sembahyang. –IST 

“Jalur yang kami lalui sangat sejuk dan penuh tantangan. Ini menjadi pengalaman berharga karena bisa menikmati keindahan alam sambil berlari,” ucap Bli Chatos, anggota Propam Polres Gianyar.

Menariknya, para peserta datang dari berbagai latar belakang profesi. Hal ini menunjukkan bahwa semangat Matur Run Malaib lan Mabakti ini dapat menyatukan siapa saja, tanpa memandang profesi.

“Kami berangkat dengan semangat yang sama, yaitu menjalani perjalanan rohani sambil menjaga kesehatan tubuh. Ini bukan sekadar lari, tetapi juga perjalanan batin,” ungkap Bli Chatos. 

Program Matur Run ini menjadi bentuk nyata bagaimana nilai-nilai tradisi Bali tetap hidup dan berkembang, bahkan diintegrasikan dengan gaya hidup modern yang sehat. Selain mempererat rasa persaudaraan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya menjaga kebugaran fisik serta koneksi spiritual dengan alam dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Dengan menggabungkan olahraga dan spiritualitas, para peserta berharap tradisi Matur Run tetap lestari dan menginspirasi generasi muda Bali untuk terus menjaga warisan budaya. Pengalaman serupa juga dilakukan ke Pura Besakih pada April 2024 lalu. 7 nvi
Read Entire Article