ADINKES Bahas Penguatan Layanan Kesehatan Daerah di Bali

12 hours ago 6
ARTICLE AD BOX
Semiloka ini menghadirkan perwakilan Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), puskesmas, laboratorium kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS, tenaga kesehatan, akademisi, hingga pegiat kesehatan dari seluruh Indonesia.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr Ina Agustina Isturini MKM, memberikan n apresiasi kepada ADINKES atas konsistensinya menyelenggarakan forum strategis dan edukatif seperti ini.

“Kegiatan ini memperkuat kapasitas Dinas Kesehatan dan fasyankes dalam menjalankan fungsi secara optimal. Transformasi sistem kesehatan nasional sangat bergantung pada sinergi pusat dan daerah, serta dukungan mitra strategis seperti ADINKES,” ujar Ina.

Ketua ADINKES, dr M Subuh MPPM, mengatakan bahwa semiloka tahun ini difokuskan pada penguatan peran desa sebagai garda terdepan pencegahan dan pengendalian penyakit. ADINKES mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menghadapi tantangan kesehatan utama seperti hipertensi, stunting, AIDS, tuberkulosis, malaria, hingga dengue.

“Kami percaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di desa menjadi kunci untuk membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan,” ujarnya.

Salah satu isu yang menjadi perhatian dalam forum ini adalah pengendalian penyakit dengue, mengingat tren kasus yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka kejadian (Incidence Rate/IR) dengue dari tahun 1968 hingga 2024 menunjukkan tren kenaikan signifikan. Bahkan, pada 2024, jumlah kabupaten/kota yang terjangkit mencapai 488 dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia.

Perubahan karakteristik nyamuk pembawa virus dengue menjadi faktor penyebab. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus kini tidak hanya aktif saat musim hujan, tetapi sepanjang tahun. Hal ini meningkatkan risiko penularan dengue bagi semua kelompok usia dan wilayah.

Dokter spesialis penyakit dalam dan ahli infeksi tropik, Dr dr I Made Susila Utama SpPD-KPTI FINASIM, dalam sesi panel bertema Efektivitas Vaksinasi untuk Pengendalian Dengue, menegaskan pentingnya vaksinasi sebagai langkah pencegahan.

“Dengue belum ada obatnya. Maka, pencegahan melalui vaksinasi menjadi sangat penting. Vaksin membangun pertahanan alami tubuh terhadap virus yang masuk melalui gigitan nyamuk,” jelasnya.

Made menambahkan, seseorang bisa terkena dengue lebih dari satu kali, dan infeksi kedua berisiko lebih berat. Vaksinasi yang sesuai dosis dan anjuran dokter, katanya, dapat menjadi solusi inovatif untuk memutus rantai penularan.

Namun, tantangan masih besar. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020–2024, target nasional adalah menekan IR dengue di bawah 10 per 100.000 penduduk di 95% kabupaten/kota pada 2024. Di Bali, target ini belum tercapai. Data menunjukkan seluruh kabupaten/kota di Bali masih mencatat IR di atas ambang tersebut.

“Kasus dengue di Bali tetap tinggi setiap tahun. Ini menunjukkan perlunya pendekatan lebih komprehensif dan berkelanjutan, termasuk dengan mempertimbangkan inovasi seperti vaksinasi,” tegas dr Made.

ADINKES berharap hasil semiloka ini dapat menjadi rujukan kebijakan dan aksi nyata dalam transformasi sistem kesehatan daerah di seluruh Indonesia. 

Read Entire Article