ARTICLE AD BOX
Proyek ini diajukan pada tahun 2023 dengan kontrak pengerjaan 300 hari hingga 26 Agustus 2024. Rencana awal mencakup pembangunan 19 palinggih, seperti Palinggih Taksu Tenggeng, Pengasti Dalem Taman Peguyangan, dan Meru Susunan Dalem Taman Peguyangan. Namun, hingga saat ini baru 17 palinggih yang selesai. Palinggih Perahyangan dan Palinggih Taksu belum dikerjakan.
Dikonfirmasi awak media pada Selasa (19/11/2024), Wayan Arta selaku kontraktor, menyatakan bahwa pengerjaan telah sesuai spesifikasi dan atas kesepakatan dengan pangempon. "Kami sudah bekerja sesuai SOP dan berkoordinasi dengan pangempon setiap ada perubahan," jelasnya.
Wayan Arta pun mengungkapkan, beberapa dana dialihkan untuk penambahan elemen seperti Tugu Penyarikan, Palinggih Sri Sedana, dan perbaikan Palinggih Sumur. “Semua itu atas persetujuan pangempon," tegasnya.
Berbeda dengan klaim kontraktor, salah satu pangempon, I Made Sendra, sebelumnya mengungkapkan sejumlah kejanggalan. “Banyak bahan lama yang dipakai lagi, padahal dalam proposal semua harus diganti baru,” ungkapnya.
Sendra juga menyoroti kualitas pengerjaan yang dianggap tidak memuaskan, bahkan dinilai terburuk dibanding proyek serupa. “Kami berencana menggalang dana Rp 15 juta per kepala keluarga dari 96 KK untuk melanjutkan penataan agar bisa segera melaksanakan upacara Melaspas,” imbuhnya.
Menurut Sendra, ada juga klaim kekurangan dana sebesar Rp 141 juta meski proyek sudah mendapat hibah besar. “Itu yang membuat kami bingung. Padahal ini hibah, kok masih kurang?” katanya.
Dalam situasi ini, pangempon berharap ada tindak lanjut dari pemerintah atau dinas terkait untuk menyelesaikan persoalan dan memastikan proyek ini sesuai dengan perjanjian awal.
Dengan perbedaan keterangan antara pihak kontraktor dan pangempon, penataan Pura Ibu Panti Dukuh menjadi sorotan, terutama terkait transparansi penggunaan dana hibah dan mutu pengerjaan proyek.